Sao Paulo (ANTARA News) - Menjelang laga semifinal Piala Dunia Belanda melawan Argentina Kamis dini hari mendatang, Robin van Persie masih menantikan gol pertamanya pada pertandingan babak knockout di sebuah turnamen internasional besar.

Sundulan terbang dari striker Manchester United itu ke gawang Spanyol telah menjadi fondasi fase grup bagi tim dengan sepak bola merangsang, namun sejak itu hujan gol mengering.

Setelah mencetak dua gol ketika meluluhlantakkan Spanyol 5-1, dia menjaringkan satu gol saat menang 3-2 melawan Australia, namun sejak itu dia melewati 225 menit tanpa mencetak gol.

Terkena hukuman akumulasi kartu melawan Chile, dia digantikan pada menit 76 ketika melawan Meksiko sehingga harus menyaksikan dari pinggir lapangan sang penggantinya Klaas-Jan Huntelaar mencetak gol pada masa injuri untuk meloloskan Belanda ke perempat final.

Melawan Kosta Rika di perempat final, dia tidak mampu mengonversi serangkaian peluang, terutama tembakan pada menit terakhir yang diblok bek Yeltsin Tejeda, sebelum menciptakan gol pada adu penalti.

Pemain berusia 30 tahun itu berbicara terbuka mengenai hasratnya menjadi pencetak gol terbanyak turnamen ini setelah dua penampilan pertamanya. Dengan tinggal dua laga tersisa, dia harus melewati pemain Kolombia James Rodriguez dengan tiga gol untuk bisa meraih Sepatu Emas.

Sepertinya mantan penyerang Arsenal ini memang ditakdirkan menciptakan gol di turnamen-turnamen besar pada fase grup saja.

Pada dua Piala Dunia sebelumnya, pada 2006 dan 2010, dia hanya mencetak satu gol pada fase grup, gagal menambah gol di Afrika Selatan empat tahun lalu kendati selalu menjadi starter sampai Belanda tampil di final.

Tak ingin jadi pusat perhatian

Pada Piala Eropa 2008 dia mencetak dua gol pada fase grup ketika Belanda kalah dari Rusia dalam perempat final, sedangkan pada Euro 2012 dia hanya sekali menjaringkan bola saat timnya jatuh pada rintangan pertama.

Ada ragu di balik semua kekecewaan itu dengan mengeluarkan pernyataan sebelum Belanda berangkat ke Brasil, "Piala Dunia ini bukanlah tentang Robin van Persie. Ini mengenai tim kami mesti bermain bagus. Saya suka turnamen besar tapi saya tidak ingin menjadi pusat perhatian."

Persiapan Van Persie untuk turnamen ini rumit mengingat fakta dia menghabiskan enam pekan di pinggir lapangan karena masalah cedera lutut sehabis melawan Olympiakos pada Liga Champions Maret lalu.

Dia hanya sekali menjadi starter untuk United sebelum akhir musim dan tidak diturunkan penuh pada pertandingan persahabatan Belanda saat mencetak dua gol ke gawang Ekuador dan Ghana, namun segera diganti pada tiga laga persahabatan.

Pelatih Belanda Louis van Gaal terus berhati-hati di Brasil, dengan mengganti Van Persie pada tiga penampilan pertamanya, namun memelihara harmoni dalam skuat yang sangat diterima oleh sang kapten.

"Kami skuat 23 pemain," kata Van Persie. "Atmosfernya luar biasa. Saya sama sekali tak punya keluhan apa-apa."

Hubungan yang baik antara van Persie dengan van Gaal, yang melatih MU setelah Piala Dunia, mengartikan van Persei tidak perlu takut bakal kehilangan tempat di tim.

Namun ketika komitmen Argentina untuk terus maju membuat dia harus punya ruang lebih untuk bermanuver ketimbang saat melawan Kosta Rika. Dia dikejar menciptakan peluang demi  meninggalkan jejaknya di turnamen ini, demikian AFP.







Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014