Jakarta (ANTARA News) - Pertemuan Prancis dan Jerman di Maracana ini adalah pertempuran demi supremasi Eropa, kendati pada lajur lain kompetisi masih ada Belgia dan Belanda yang akan masing-masing melawan Argentina dan Kosta Rika.

Yang jelas satu tempat semifinal untuk Eropa sudah pasti didapat, untuk nanti menantang Brasil atau Kolombia.

Prancis dan Jerman sendiri sudah sangat saling mengenal satu sama lain, sejak 1931, dan terakhir bertemu pada Piala Dunia 1986 di Meksiko ketika Jerman Barat menang 2-0 di semifinal.

Pelatih Jerman Joachim Loew menyebut pertemuan kedua tim sebagai "pertemuan klasik". Mereka sudah bertemu  26 kali, termasuk pada tiga edisi Piala Dunia.

Prancis menang 11 kali, Jerman 8 kali, sisanya seri enam kali. Namun, dari semua itu, semifinal Piala Dunia 1982 di Sevilla, Spanyol adalah yang paling dikenang.

Saat itu Prancis dan Jerman Barat seri 1-1 sampai 90 menit waktu normal berkat gol Michel Platini dan Pierre Littbarski.

Prancis lalu mencetak dua gol pada delapan menit pertama babak perpanjangan waktu, Jerman membalas lewat  Karl-Heinz Rummenigge dan Klaus Fischer untuk memaksakan adu penalti. Dan Jerman pun menang.

Platini menyebut laga itu "pertandingan paling indah". Tapi pertempuran itu juga brutal ketika kiper Jerman Barat Harald Schumacher melabrak Patrick Battiston hingga cedera parah, namun Schumacher bebas dari sanksi.

Memori 1982 ini meniup pertemuan klasik berikutnya dua raksasa sepak bola Eropa itu di Stadion Maracana Jumat malam ini pukul 23.00 WIB pada perempat final Piala Dunia 2014.

Kedua tim akan masuk gelanggang dengan predikat berbeda. Jerman adalah salah satu favorit juara, sedangkan Prancis sebagai kuda hitam yang lebih menawan penampilannya, meski sama-sama produktif. Prancis sudah menciptakan 11 gol dan kemasukkan 2 gol, sedangkan Jerman 12 gol.

Menghadapi keagungan Jerman, pelatih Prancis Didier Deschamps merendah dengan menyebut timnya underdog. "Jangan lupa bahwa pada dua kompetisi terakhir, Jerman mencapai semifinal, jadi itu harus diperhitungkan," kata Deschamps merujuk Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012.

"Mereka selalu bermain pada tingkat tertinggi dan berpengalaman bermain pada tingkat ini. Semua pemain Jerman bermain di klub-klub besar dan kebanyakan bermain untuk Bayern Munchen," sambung Deschamps.

Deschamps mungkin sedang meredam kepercayaan diri berlebihan timnya, apalagi menghadapi Jerman yang selalu menjadi pertarungan yang menguras emosi. Tapi  diam-diam para pemain Prancis yakin mereka akan menaklukkan seteru abadinya itu.

Prancis memang tengah sumringah. Bukan hanya karena tak terkalahkan, namun mereka kini memiliki kekuatan yang tidak mereka miliki empat tahun silam, yaitu kesatuan dalam skuat. "Solidaritas meliputi para  pemain, ini kekuatan tim kami," kata gelandang Paul Pogba.

Optimisme Prancis ini juga berkaitan dengan penampilan Jerman belakangan ini yang menurun sejak menghancurkan Portugal 4-0 pada pertandingan pembuka.

Pelatih Jerman Joachim Loew dikritik karena penampilan tidak mengesankan itu, khususnya saat direpotkan Aljazair pada 16 Besar. "Anda tidak selalu bisa bermain fantastik pada Piala Dunia," balas Loew kepada pengeritiknya.

Faktanya Jerman adalah Jerman. Mereka tetap tim kuat, dan selalu melangkah ke tingkat selanjutnya, bahkan ini adalah perempat final Piala Dunia kesembilannya berturut-turut. Hebatnya lagi, mereka maju ke semifinal  pada tiga Piala Dunia terakhir. Tak ada yang bisa menyamainya, juara dunia lima kali Brasil sekali pun.

Namun, pertahanan Der Panzer tengah bermasalah setelah bek tengah Shkodran Mustafi absen. Tapi mereka masih punya Mats Hummels dan Per Mertesacker, selain kiper Manuel Neuer, yang menjadi jaminan untuk tumpulnya kuartet Prancis Paul Pogba-Mathieu Valbuena-Karim Benzema-Antoine Griezman.

Neuer yang mengingatkan orang pada Harald Schumacher, menjadi pembicaraan luas karena heroismenya saat mementalkan tusukan-tusukan Aljazair. 21 sentuhannya ke bola di luar kotak penalti untuk membunuh marabahaya telah membuat kagum legenda Jerman Franz Beckenbauer dan Lothar Matthaus.

Prancis

Setelah trauma pemberontakan pemain pada Piala Dunia 2010, pelatih Didier Deschamps sukses mempersatukan tim. Hasilnya, tiga kali menang dan sekali seri, padahal si jenderal Franck Ribery urung memperkuat tim.

Memang tak semengesankan Kolombia, namun Prancis telah memainkan sepak bola licin dan rapi yang sulit dijinakkan siapa pun.

Untuk beberapa hal, memiliki skuat yang sebagian besar dihuni para pemain muda membuat Deschamps mendapatkan vitalitas tim yang luar biasa.  "Mereka sangat hidup, itulah yang Anda harapkan dari pemain muda," kata Deschamps.

Di antara barisan muda itu adalah gelandang muda dari Juventus Paul Pogba dan Antoine Griezmann yang cemerlang saat melawan Nigeria.

Si Pogba malah sesumbar untuk bermain cemerlang kembali melawan Jerman yang sama sekali tak membuatnya silau itu, "Tidak, saya tidak takut...kami tim nasional Prancis dan kami tidak takut pada siapa pun."

Tapi ada beberapa catatan yang mesti diperiksa Deschamps menjelang pertemuan dengan Jerman, salah satunya kemungkinan absennya bek Raphael Varane yang mengalami dehidrasi saat melawan Nigeria di babak 16 Besar.

Deschamps juga harus memilih antara Olivier Giroud atau gelandang Real Sociedad Antoine Griezmann yang mengkilap ketika melawan Nigeria lalu. Jika Griezmann yang dipilih, maka Karim Benzema akan menjadi penyerang tengah.

Kemudian, untuk mengisi ruang berlawanan dengan Mathieu Valbuena di sayap, Deschamps mungkin menurunkan lagi Pogba sejak awal.

Setelah tampil angin-anginan pada laga-laga awal, Pogba yang disebut-sebut salah satu gelandang terbaik di dunia, menjadi inspirasi kemenangan Prancis pada laga terakhir lalu melawan Nigeria.

Di pertahanan, bek Liverpool Mamadou Sakho akan bermain kembali setelah sembuh dari cedera hamstring, namun dia juga mungkin harus bersaing dengan Laurent Koscielny yang bermain mengesankan untuk mencegah Les Bules tidak kebobolan saat melawan Nigeria.

Jerman

Sejak menjungkalkan Portugal pada laga pertamanya, Jerman menjadi biasa-biasa dan puncaknya terjadi saat melawan Aljazair pada 16 Besar. Penampilan, taktik dan gaya bermain Jerman dikritik habis banyak kalangan.

Rupanya, rangkaian cedera dan serangan flu telah mempengaruhi kinerja tim. Masalah diperparah oleh ketiadaan bek Shkodran Mustafi yang cedera hamstring saat ditantang Aljazair, namun dua pemain yang dikabarkan terserang flu yakni Christoph Kramer dan Mats Hummels sudah bisa diturunkan kembali. Hummels akan mengisi posisi Mustafi.

Lalu, Philipp Lahm akan digeser dari gelandang menjadi full-back menyusul absennya Mustafi itu. Lahm sudah memerankan posisi ini ketika menghadapi Aljazair, dan gagal.

Yang juga menjadi keprihatinan Joachim Loew adalah buruknya penampilan Mesut Ozil dan Mario Goetze, tetapi keduanya akan tetap diturunkan.

Demikian pula dengan Toni Kroos yang sepertinya menjadi starter karena dia berperan besar dalam menghubungkan serangan dengan lapangan tengah. Untuk fungsinya ini dia bahkan disebut-sebut sebagai salah satu yang terbaik di dunia.

Di barisan serang, Andre Schurrle akan diturunkan sebagai starter, apalagi dia tampil memuaskan dengan mencetak satu gol saat melawan Aljazair. Sedangkan Thomas Muller menjadi pilihan utama di depan.

Lukas Podolski juga siap diturunkan setelah cedera pahanya pulih. Akan halnya strikter veteran Miroslav Klose, akan tetap di pinggir lapangan sampai ada keadaan yang mengharuskan Jerman menyerang lebih agresif.

Jerman mesti memperkuat sektor pertahanan agar tidak mudah tereskpos seperti saat melawan Aljazair di babak 16 Besar. Aljazair yang hanya mengandalkan serangan balik bisa menyulitkan Jerman, apalagi Prancis yang memiliki tim dengan ujung serangan tajam.

Jika pun harus terekspos, Jerman akan membutuhkan kecemerlangan penjawa gawang Manuel Neur.

Jangan lupa, Jerman tak akan menyerah baik dalam menyerang maupun maladeni permainan ofensif lawan, apalagi jika lawan terburu lengah ketika pertandingan belumlah usai.

Ingat Piala Dunia 2006.  Jerman yang ketika itu biasa-biasa saja bisa menghentikan Argentina di semifinal. Argentina yang waktu itu dilatih Jose Pekerman tampil cemerlang sejak fase grup, dan unggul 1-0 sampai 20 menit menjelang bubaran.

Pekerman kemudian menarik playmaker Juan Riquelme untuk mengamankan kedudukan. Celaka, Jerman bangkit menyamakan kedudukan, untuk kemudian menang lewat adu penalti.

Itu persis cerita 1982. Dan Jerman siap melakukannya lagi jika perlu, andai Prancis tiba-tiba lengah.

Prancis vs Jerman
Estadio Maracana, Rio de Janeiro

Perkiraan susunan pemain:

Prancis (4-2-1-3):
Hugo Lloris; Mathieu Debuchy, Raphael Varane, Mamadou Sakho, Patrice Evra; Blaise Matuidi, Yohan Cabaye; Paul Pogba; Mathieu Valbuena, Karim Benzema, Antoine Griezman.

Jerman (4-3-3):
Manuel Neuer; Mats Hummels, Jerome Boateng, Per Mertesacker, Benedikt Howedes; Bastian Schweinsteiger, Philipp Lahm, Toni Kroos; Mesut Özil, Thomas Müller, Mario Götze.

Wasit:
Nestor Pitana (Argentina).

Perjalanan ke perempat final

Prancis

30 Juni: mengalahkan Nigeria 2-0
25 Juni: seri 0-0 lawan Ekuador
20 Juni: mengalahkan Swiss 5-2
15 Juni: mengalahkan Honduras 3-0

Jerman
30 Juni: mengalahkan Aljazair 2-1
26 Juni: mengalahkan Amerika Serikat 1-0
21 Juni: seri 2-2 lawan Ghana
16 Juni: mengalahkan Portugal 4-0

Bintang laga ini: Toni Kroos (gelandang, Jerman). Gelandang ini adalah yang terbaik di dunia dalam fungsinya sebagai penghubung pertahanan ke serangan. Real Madrid pun sampai kepincut sehingga mengontraknya seharga 25 juta euro.

Pemain yang akan mengejutkan: Paul Pogba (gelandang, Prancis). Masih berusia 21 tahun, dia mencetak gol pembua Prancis ke gawang Nigeria. Diperkirakan akan melanjutkan penampilan cemerlangnya saat melawan Jerman.

Statistik kedua tim:

Head-to-head


- Ini adalah pertemuan ke-26 antara kedua tim. Prancis menang 11 kali, Jerman 8 kali, sisanya seri enam kali.
- Mereka bertemu tiga kali pada Piala Dunia sebelumnya. Prancis menang 6-3 pada pertemuan Piala Dunia pertama mereka pada perebutan tempat ketiga Piala Dunia 1958. Seri 3-3 pada semifinal Piala Dunia 1982 sebelum Jerman Barat menang adu penalti 5-4. Pada semifinal Piala Dunia 1986 Jerman kembali menang 2-0.
- 17 gol tercipa pada tiga pertemuan sebelumnya Prancis dan Jerman pada Piala Dunia, rata-rata 5,7 gol per pertandingan.
- Kedua tim terakhir kali bertemu pada laga persahabatan Februari 2013. Prancis unggul lebih dulu lewat gol Mathieu Valbuena pada babak pertama, sebelum dibalikkan Jerman 2-1 melalui dua gol Thomas Müller dan Sami Khedira.

Prancis

- Pada lima kali lolos dari fase grup Piala Dunia terakhirnya, Prancis selalu mencapai semifinal (1958, 1982, 1986, 1998 dan 2006).
- Les Bleus kini mengemas 10 gol pada Piala Dunia ini, setara dengan gabungan gol yang dihasilkan Italia pada tiga Piala Dunia (2002, 2006 dan 2010).
- Semua dari 10 gol itu dicetak di dalam kotak penalti.
- Hanya satu kali kalah dari total 10 pertandingan mereka di Brasil (6 menang, 3 seri).
- Prancis enam kali membentur tiang gawang pada Piala Dunia ini, lebih sering dibandingkan tim mana pun pada Piala Dunia ini, atau yang pertama sejak Polandia dan Argentina melakukannya pada Piala Dunia 1982 (keduanya enam kali).
- Tidak pernah kemasukkan gol pada babak pertama pada 12 pertandingan terakhirnya.
- Mathieu Valbuena menuntaskan 94% umpan untuk pada 16 Besar lalu melawan Nigeria.
- Karim Benzema tidak tertandingi siapa pun dalam melepaskan tendangan menyasar target (13 tendangan on target) menjelang perempat final.
- Prancis adalah tim pertama yang diuntungkan dua gol bunuh diri pada Piala Dunia yang sama.

Jerman

- Ini adalah perempat final Piala Dunia kesembilan Jerman berturut-turut.
- Mencapai semifinal pada tiga Piala Dunia terakhir. Tidak ada satu pun negara yang mampu ke semifinal dalam empat Piala Dunia berturut-turut.
- Jerman tak terkalahkan pada 15 laga internasional terakhirnya (10 menang, 5 seri), yang terbaik dibandingkan tim mana pun yang berkirprah pada Piala Dunia ini.
- Melepaskan 16 tembakan ke gawang Aljazair atau setara dengan total tembakan mereka dalam tiga pertandingan sebelumnya.
- Manuel Neuer hanya kalah tiga kali pada 49 penampilan sebelumnya.
- Toni Kroos (473) paling banyak menyentuh bola dibandingkan pemain mana pun pada Piala Dunia ini. Rekan satu timnya Philipp Lahm (437) menjadi satu-satunya pemain yang juga menyentuh bola lebih dari 400 kali.
- Thomas Muller terlibat langsung dalam penciptakan enam dari 12 gol Jerman pada Piala Dunia ini (empat gol, dua assist).
- Jerman diperkuat tujuh pemain Bayern Munchen dalam starting line-up melawan Aljazair. Para pemain Bayern menciptakan 14 gol pada Piala Dunia ini, lebih banyak dibandingkan pemain klub mana pun; Thomas Mueller (Jerman) empat, Arjen Robben (Belanda) dan Xherdan Shaqiri (Swiss) tiga gol, Mario Mandzukic (Kroasia) dua, Mario Goetze (Jerman) dan Julian Green (Amerika Serikat) satu.
- Miroslav Klose perlu satu gol lagi untuk menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang masa pada putaran final Piala Dunia. Dia kini mengemas 15 gol atau sama dengan pemegang rekor sebelumnya Ronaldo.
- André Schürrle mencetak lima gol pada lima laga turnamen terakhirnya bersama Jerman.

Prediksi hasil pertandingan:
Goal.com: 2-1 Jerman, 2-1 Prancis, 3-1 Jerman
Telegraph: 1-0 Prancis
Umum: 2-1 Jerman

Sumber: BBC, Telegraph, MLSsoccer.com, Yahoo.com, Soccerway.com.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014