Brasilia (ANTARA News) - Tepat dua puluh tahun lalu, dunia dikejutkan dengan kematian tragis Andres Escobar akibat diterjang peluru di halaman parkir sebuah diskotik di Medellin, Kolombia.

Escobar, pemain belakang tim nasional Kolombia di Piala Dunia 1994 di AS, ditembak oleh mafia narkoba yang kalah taruhan akibat gol bunuh dirinya, sehingga Kolombia pun tersingkir di babak penyisihan saat menghadapi AS.

Tapi di Piala Dunia 2014 Brasil, Kolombia berhasil mencapai babak perempat-final untuk pertama kalinya setelah mengalahkan Uruguay. Namun peristiwa menyedihkan tersebut tidak akan pernah dilupakan oleh para pemain dan juga pendukung tim nasional Kolombia.

Menjelang pertandingan perempat-final menghadapi tuan rumah Brasil, Jumat, di Fortaleza, para pecinta sepak bola di seluruh dunia pun menyampaikan pesan melalui Twitter untuk menghormati Escobar.

"Kami berharap Anda menikmati pertandingan di atas sana Andres Escobar. Harapan dan mimpi Anda masih ada," demikian bunyi salah satu kicauan di dunia maya tersebut, seperti yang dikutip AFP.

Di Medellin, sekitar 80.000 warga berkumpul di pemakaman Escobar yang sekarang sudah berdiri patung dirinya. Sebuah penghormatan khusus akan digelar pada Rabu (Kamis WIB).

Escobar yang masih berusia 27 tahun, sudah membela tim nasional Kolombia sebanyak 50 kali dan membela klub Atletico Nacional saat ditembak.

Ia juga pernah bermain di klub Young Boys Bern di Swiss dan sebelum Piala Dunia 1994 AS, ia juga tampil di Piala Dunia empat tahun sebelumnya di Italia.

Di Piala Dunia 1994, Kolombia yang saat itu dimotori Carlos Velderama, dikalahkan Rumania pada pertandingan pertama babak penyisihan grup.

Pada pertandingan kedua menghadapi tuan rumah AS, usaha Escobar untuk menghalau bola justru berbuah gol ke gawang sendiri. Akibatnya, Kolombia pun tersingkir meski pada pertandingan terakhir mengalahkan Swiss 2-0.

Sepuluh hari setelah kejadian itu, tepatnya pada 2 Juli 1994, Escobar pergi ke sebuah diskotik di Medelllin, kota yang dikenal sebagai sarang pengedar narkotika dengan tingkat pembunuhan rata-rata 380 per 100.000 penduduk.

Menurut saksi mata, seorang pengunjung bar menyatakan kemarahannya atas gol bunuh diri tersebut. Pertengkaran antara keduanya ternyata berlanjut di halaman parkir.

Escobar pun bersimbah darah akibat terjangan selusin peluru yang ditembakkan satu persama. Penembak tersebut berteriak "gol" setiap kali mengeluarkan tembakan.

Sampai sekarang penembakan tersebut sebenarnya masih diliputi misteri karena tidak diketahui dengan pasti motif dibalik pembunuhan tersebut.

Sebagian berspekulasi bahwa penembak adalah pengedar narkotika atau paramiliter yang bertaruh dan kehilangan banyak uang akibat kesalahan yang dilakukan oleh Escobar.

Ada juga yang beranggapan bahwa pelaku adalah penggila sepak bola yang kecewa dengan kekalahan Kolombia.

Setelah penembakan itu, Humberto Munoz Castro, pria yang dikaitkan dengan kelompok kartel narkotika yang berpengaruh di Kolombia, ditangkap dan mengaku telah melakukan penembakan.

Sebuah laporan menyatakan bahwa Munoz bekerja untuk kelompok penjudi yang kalah banyak dalam taruhan.

Dinyatakan bersalah, Munoz diganjar hukuman penjara 43 tahun, tapi kemudian dikurangi menjadi 26 tahun. Tapi ia kemudian hanya menjalani 11 tahun kurungan dan dibebaskan pada 2005.

Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014