Sao Paulo (ANTARA News) - Presiden Badan Sepak Bola Eropa (UEFA) Michel Platini menarik dukungannya untuk Presiden FIFA Sepp Blatter, mengubah sepak bola dunia menjadi medan perang terbuka.

"Saya sudah tidak mendukung dia lagi, titik. Ia mengetahui itu, saya sudah mengatakan langsung kepada dia. FIFA butuh udara segar," kata Platini, yang pekan lalu sempat muncul ke permukaan demi membantah bahwa dirinya mendapat paksaan mantan presiden Prancis Nicolas Sarkozy untuk memberi suara kepada Qatar dalam pengundian penyelenggara Piala Dunia 2022 yang tengah dirundung kontroversi dan skandal.

Platini menyatakan ia sepaham dengan rekan-rekannya di UEFA bahwa sudah waktunya bagi Blatter, yang berusia 78 tahun dan telah memangku jabatan kepresidenan FIFA sejak 1998, untuk pensiun saat mandatnya berakhir tahun depan.

"Saya sepaham dengan posisi Eropa. Mandat baru bagi dia tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik bagi sepak bola. Namun ia adalah seseorang yang harus dihormati dan saya menaruh rasa hormat kepada Blatter," kata Platini, yang kini berusia 58 tahun.

Blatter, yang tengah mendapat tekanan di tengah kontroversi yang melekat dengan Piala Dunia 2022 Qatar, di hadapan Kongres FIFA di Sao Paulo, Rabu (11/6), menyatakan kesiapannya untuk mendapatkan mandat baru sebagai Presiden FIFA walau pada 2011 ia mengatakan tidak akan maju untuk masa jabatan kelima.

"Saya siap mendampingi anda di masa yang akan datang," kata Blatter di hadapan anggota FIFA, meskipun sebagian menyambut pernyataannya dengan teriakan olok-olok.

Platini, yang mendapat banyak pujian pada 1998 berkat keberhasilan organisasinya menyelenggarakan Piala Dunia di Prancis, mengindikasikan bahwa ia dan koleganya di UEFA tidak puas dengan kongres tersebut.

Sejumlah rekan sejawat Platini secara terbuka melempar konfrontasi terhadap Blatter pada Selasa (10/6) saat ia berbicara di hadapan UEFA, dengan mengatakan bahwa klaimnya terhadap tendensi rasis di balik tuduhan penyelidikan skandal Qatar tanpa dasar.

Langkah pemimpin FIFA itu menuju masa jabatan kelima terbantu dengan hasil jajak pendapat yang menetapkan bahwa tidak ada pertimbangan usia dan batas masa jabatan bagi pejabat, meski kemudian Blatter sempat menyangkal bahwa itu siasat demi melempangkan jalannya.

"Jelas terlihat bukan perwakilan Eropa yang menghambat terjadinya perubahan, tentu jelas pihak mana yang menolak pertimbangan syarat usia," kata Platini.

Meski demikian, Platini mengaku belum memiliki niatan untuk mengikuti kontestasi kepresidenan FIFA.

Saat ini hanya satu kandidat pasti, yakni mantan Wakil Sekretasi Jenderal FIFA, Jerome Champagne.

"Ada pilihan untuk maju, namun harus ditegaskan bahwa Michel Platini tidak maju bukan karena ada Sepp Blatter sebagai calon," kata Platini.

"Apa pun yang terjadi, situasinya saat ini tidak sama persis dengan keharusan saya memilih pergi ke penjara atau masuk rumah sakit," ujarnya menambahkan sembari melepaskan tawa.

Blatter merupakan figur kontroversial, sementara FIFA, yang kerap dianggap sebagai perusahaan multimiliar dolar, selalu diterpa skandal.

Jelang berlangsungnya pembukaan Piala Dunia 2014, harian Inggris Sunday Times menerbitkan laporan berseri tentang tuduhan jutaan dolar AS telah digelontorkan demi uang suap membantu Qatar mengamankan hak penyelenggaraan Piala Dunia 2022.

Blatter menggantikan Joao Havelange asal Brasil, yang juga akrab dengan skandal, pada 1998. Di bawah kepemimpinannya, pendapatan dunia sepak bola melonjak, sebagian besar dari penjualan hak siar televisi dan sponsor.

Di antara skandal-skandal yang mendera, paling baru dipicu oleh laporan sejumlah media yang menyebutkan Mohammed bin Hammam asal Qatar membayar sogokan lebih dari lima juta dolar AS untuk mendapatkan dukungan hak penyelenggaraan Piala Dunia.

Qatar menyangkal semua tuduhan tersebut, namun skandal terus bergulir dan semakin santer menjelang pembukaan Piala Dunia pada Kamis, demikian mengutip AFP.

Penerjemah: Gilang Galiartha
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014