Jakarta (ANTARA News) - Kamerun kembali bersaing di putaran final Piala Dunia untuk ketujuh kalinya dan di dalam tim, terdapat para pemain paling sukses di dunia. Tapi harapan mereka untuk melangkah lebih jauh tampaknya cukup berat karena harus bersaing dengan tuan rumah Brazil, Kroasia dan Meksiko.

Tim Piala Dunia 2014 Kamerun tampak berbeda dibandingkan dengan para pendahulu mereka yang dikenal dunia melalui aksi menawan para pemain, serta dibumbui oleh kostum beraneka warna.

Kamerun hanya memenangi separoh dari delapan pertandingan yang mereka butuhkan untuk lolos ke Brazil, dan itu pun terbantu gara-gara tim lawan Togo dihukum setelah terbukti bersalah menurunkan pemain secara tidak sah. Padahal pada pertemuan pertama, Kamerun kalah dan diuntungkan oleh hukuman yang diberikan kepada Togo.

Tiket ke Brazil akhirnya didapat pada pertandingan penyisihan terakhir November 2013 lalu mengalahkan Tunisia 4-1.

Sejak itu, Kamerun takluk 1-5 kepada Portugal dalam sebuah pertandingan persahabatan pada Maret lalu, sehingga menimbulkan polemik baru di dalam negeri, seolah-olah negara itu selalu berada dalam krisis tidak berkesudahan.

Setelah terjadi kekisruhanan dalam pemilihan Federasi Sepak Bola Kamerun, FIFA akhirnya turun tangan dengan mengambil alih sementara kepemimpinan sambil menunggu pemilihan dan konstitusi baru.

Pelatih asal Jerman Volker Finke pun tidak luput dari sasaran kecaman meski ia sudah berusaha mengamodir keingingan banyak pihak dengan menambahkan beberapa pemain. Di antara kritik pedas itu berasal dari mantan bintang Piala Dunia Roger Milla yang menyatakan bahwa Kamerun seharusnya ditangani pelatih lokal, bukan asing.

Milla adalah salah bintang tim berjuluk "The Indomitable Lions" itu saat mengawali debut di Piala Dunia 1982, ketika menahan imbang Italia yang akhirnya tampil sebagai juara, Polandia dan Peru di penyisihan grup.

Pada Piala Dunia 1990, Milla kembali menjadi kunci sukses ketika Kamerun menjadi tim Afrika pertama yang mampu mencapai babak perempat-final.

Sekarang, tugas itu berada di pundak kapten Samuel Etoo yang telah meraih tiga gelar juara Liga Champion di Spanyol dan Italia. Ia akan tampil untuk keempat kalinya di pentas Piala Dunia bersama tim yang dianggap sudah terpecah belah.

Ketika tampil di Piala Dunia 2010, Kamerun kalah di seluruh tiga pertandingan penyisihan grup yang diwarnai dengan pertikaian pribadi antara Etoo dan pemain tengah Alexander Song.

Song tidak pernah bermain lagin untuk Kamerun selama 18 bulan setelah Piala Dunia 2010 tersebut gara-gara pertikaian tersebut.

Kamerun bertolak ke Brazil dengan tugas berat menghadang dan meski sebagian dari pemain sudah memiliki pengalaman di turnamen papan atas Eropa, sukses di Amerika Latih tampaknya masih terlalu jauh untuk digapai.

(A032)

Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014