Fortaleza, Brasil (ANTARA News) - Dari semua tim yang maju ke 16 Besar Piala Dunia, hanya tim asuhan Jose Pekerman, Kolombia, yang mencatat serangkaian kemenangan mengesankan, dengan terakhir menumbangkan Uruguay 2-0 guna mencapai perempat final.

Kini muncul ujian sesungguhnya bagi 'Los Cafeteros' dan manajer mereka yang asal Argentina yang berusaha mengubur harapan 200 juta penduduk Brasil yang timnya melewati hadangan Chile untuk maju ke delapan besar itu.

Kemenangan berikutnya yang diinspirasi James Rodriguez atas Uruguay membuat Kolombia menjadi satu dari dua tim pada Piala Dunia kali ini yang memenangi semua dari empat pertandingan terakhirnya tanpa melewati perpanjangan waktu.

James telah menjadi bintang dengan mencetak lima gol dari 11 gol yang diciptakan timnya, namun mereka juga hanya kebobolan dua kali yang menunjukkan kemampuan Pekerman menyeimbangkan kekutaan penyerangan yang berisi bakat-bakat muda dengan pertahanan yang diisi para pemain sudah dimakan usia.

Pekerman juga hendak menyamai peraih dua Piala Dunia Vittorio Pozzo sebagai pelatih satu-satunya yang melewati sembilan laga tanpa kalah dalam permainan terbuka.

Kekalahan Pekerman ketika Argentina gagal pada Piala Dunia 2006 lewat adu penalti melawan tuan rumah Jerman membuat pelatih berusia 64 tahun itu harus menuntaskan catatan itu pada Piala Dunia kali ini.

Tampil cemerlang pada fase grup dan mengalahkan Meksiko pada 16 Besar berkat gol ajaib Maxi Rodriguez, Argentina dengan nyaman maju ke semifinal pertamanya pada Piala Dunia dalam 16 tahun terakhir berkat gol pembuka dari sundulan Roberto Ayala.

Ketika timnya memimpin sampai 20 menit menjelang usai, Pekerman secara kontroversial mengganti playmaker Juan Roman Riquelme dan tetap menyimpan remaja 19 tahun Lionel Messi sambil menanti pertandingan usai.

Keputusan itu membawa bencana ketika Miroslav Klose menyamakan kedudukan, Jerman pun menang adu penalti, dan Pakermen segera mengundurkan diri.

Delapan tahun kemudian Pekerman berpeluang memupus kenangan buruk itu dan membayar negaranya sendiri serta negara pengadopsinya Kolombia dengan menyingkirkan musuh abadi Argentina itu dari Piala Dunianya sendiri.

Brasil dan Kolombia masuk gelanggang dengan bekal yang sangat berbeda satu sama lain.

Tekanan dan ketegangan yang menyelimuti setiap pertandingan yang dimainkan tim tuan rumah kentara terlihat, tidak hanya di dalam stadion, namun juga meliputi seluruh negeri.

Sebaliknya, Kolombia, yang kehilangan striker bintang Radamel Falcao akibat cedera lutut yang serius, bermain lebih lepas yang membuat para pemainnya, terutama James, bersinar.

"Kadang-kadang satu tim dengan banyak potensi, jika tak berhasil dan mereka diharuskan menang, membuat mereka tidak bisa bermain cemerlang," kata Pekerman mengenai Brasil usai mengalahkan Uruguay.

"Jadi kompetisi menjadi menarik karena sebuah tim dengan kurang bintang individual bisa mengganggu keseimbangan tim lain."

Kolombia diperkirakan akan lebih menggangu Brasil pada pertandingan Jumat nanti di atas panasnya Fortaleza.

Berbalikkan dengan Brasil yang tergantung kepada emosi para pemainnya, maka kekuatan Pekerman terletak pada kecakapan taktik sang pelatih.

Dia sudah menunjukkan kefleksibelannya dalam turnamen ini dengan menggeser sistem satu striker yang bekerja sangat baik di fase grup, kepada sistem dua penyerang manakala dia tahu timnya mesti mengambil alih pertandingan guna menumbangkan Uruguay.

Pergeseran ke sistem lima pemain tengah dianggap sebagai strategi Pekerman dalam membuat Brasil frustasi dan memanfaatkan kegelisahan Brasil.

Tapi jangan berharap adopsi pola yang terlalu konservatif membuat Kolombia bisa mengatasi tuan rumah. Itulah pelajaran yang mesti dia perhatikan, demikian AFP.




Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014