Brasilia (ANTARA News) - JK disini jelas bukan singkatan dari "Jusuf Kalla" yang populer di Tanah Air, tapi Juscelino Kubitschek, presiden ke-21 Brasil yang berkuasa pada 1956-1961.

Museum JK dibangun pada 1980 untuk menghormati Juscelino Kubitschek, bapak pendiri Brasilia, kota yang unik karena dibangun secara matang dengan visi jauh ke depan.

Berlokasi di pusat ibukota Brasilia, museum tersebut menjadi salah satu tujuan wisata sejarah dan budaya di kota berpenduduk dua juta dengan luas lebih dari lima kali luas DKI Jakarta itu.

Suasana di luar bangunan museum sangat kontras dengan suasana di dalam museum.

Jika dilihat dari kejauhan, bangunan museum terlihat unik dengan konsep arsitektur futuristik, namun saat berada dalam bangunan, suasana seperti kembali pada awal 1960-an.

Di halaman rumput yang luas, terdapat berbagai bentuk patung karya seniman abad ke-20, termasuk sebuah menara beton setinggi 20 meter yang di atasnya terdapat patung mini Kubitschek yang sedang melambai.

Adalah Oscar Niemeyer, arsitek terkemuka Brasil yang merancang museum JK. Hasil rancangan Niemeyer tidak hanya museum JK, tapi juga berbagai bangunan utama kota Brasilia.

Bentuk bangunan yang unik dan futuristik serta tegas, dianggap sebagai salah satu karya terbaik Niemeyer.

Dengan membayar tiket masuk sebesar 10 real Brasil (Rp50.000), seorang petugas dengan ramah menyambut di pintu masuk dan memberikan informasi singkat soal ruang-ruang yang ada di museum.

"Oh, Anda dari Indonesia? Wah negeri yang jauh sekali. Saya sering dengar tentang Indonesia waktu terjadi bencana tsunami," kata seorang penjaga berjas putih yang khusus menjaga ruang pustaka Kubitschek kepada reporter Antara.

Di dinding lorong menuju ruang pustaka tersebut, dipajang berbagai foto hitam putih, berupa pertemuan Kubitchek dengan berbagai tokoh dunia, di antaranya Presiden AS JF Kennedy dan tokoh kemanusiaan Bunda Teresa.

Tapi foto yang mencolok dan berukuran besar adalah foto hitam hitam putih saat JK dan istrinya Dona Sarah beserta orang-orang terdekat sedang mengelilingi sebuah kotak kecil di atas meja.

Kotak kecil tersebut tidak lain radio yang sedang menyiarkan secara langsung pertandingan final Piala Dunia 1958 antara tuan rumah Swedia dan Brasil.

Di lantai atas, terdapat makam Kubitschek yang terbuat dari batu granit. Makam tersebut ditempatkan di ruangan di bawah temaram lampu berwarna merah, menimbulkan suasana magis.

Di pintu masuk makam tersebut, pengunjung diingatkan untuk tidak mengeluarkan suara, sehingga suasana benar-benar sunyi senyap.

Di lantai itu juga tersimpan berbagai barang pribadi milik JK dan istrinya, seperti pakaian, kaca mata, jam tangan, surat-surat, piagam, bintang jasa dan bahkan pistol kecil.

Seluruh sudut ruangan dipenuhi oleh foto-foto dokumentasi saat JK turun langsung mengawasi proses pembangunan kota Brasilia, mulai dari pembukaan lahan kosong, pembuatan jalan raya dan pembangunan bandara.



Paling Sukses

Lahir pada 12 September 1902 dengan nama langkap Juscelino Kubitschek de Oliveira, JK sebagai pemimpin mempunyai visi jauh ke depan, sehingga dianggap sebagai Bapak Brasil Modern.

Ia dikenang sebagai tokoh utama dalam periode paling sukses sepanjang sejarah Brasil. Masa pemerintahannya dipenuhi dengan banyak prestasi pembangunan dan yang paling fenomenal adalah pembangunan ibukota baru, Brasilia.

Sebelum secara resmi dipindahkan ke Brasilia, ibukota negera berpenduduk 200 juta itu adalah Rio de Janeiro.

Era pemerintah JK ditandai dengan kehidupan politik yang penuh optimisme. Ia meluncurkan sebuah program pembangunan yang dikenal dengan motto: "Kemajuan dalam 50 tahun terakhir menjadi hanya lima tahun."

Namun JK juga tidak terlepas dari kontroversi dan sering dituduh terlibat korupsi oleh lawan-lawan politik. Tapi dalam sejarah Brasil, ia tetap dikenang sebagai presiden dengan daftar kesuksesan paling panjang dan dengan sendirinya, segala tuduhan itu pun mereda karena tidak satu pun yang terbukti.

Pada 1961, satu satu setelah diresmikannya ibukota baru Brasilia, JK yang habis masa tugasnya digantikan oleh Janio Quadros. Tapi ketika militer berkuasa pada 1964, hak politik JK dicabut selama sepuluh tahun. Ia pun kemudian mengasingkan diri dan berkelana dari satu negara ke negara lain di Eropa dan AS.

Pada 1967, JK kembali ke Brasil dan meninggal akibat kecelakaan mobil pada 1976 di negara bagian Rio de Janeiro. Kematiannya diratapi oleh 350.000 orang yang mengantarkannya ke peristirahatan terakhir di Brasilia.

Namun dari hasil penyidikan kemudian terungkap bahwa kematian JK sebenarnya bukan murni akibat kecelakaan mobil, tapi dibunuh.

Terlepas dari kontroversi yang meliputi dirinya, JK tetap dihormati sebagai tokoh yang telah memberi banyak kemajuan kepada Brasil.

Sebagai penghormatan, beberapa bangunan dan fasiltas umum di Brasilia pun diambil dari namanya, di antaranya bandara internasional, jembatan, pembangkit listrik dan sebuah hotel mewah.

(A032)

Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014