Tokyo (ANTARA News) - Pertandingan Jepang melawan Korea Selatan akan memberi sesuatu yang spesial, pasalnya kedua negara bertetangga ini akan membuat rivalitas keduanya semakin sengit.

Piala Dunia kali ini juga akan diwarnai emosi di kedua sisi karena Jepang bermain untuk korban tertimpa tsunami 2011 sementara Korea akan bermain di tengah tragedi kapal feri bulan lalu.

Teoritisnya, Jepang dan Korea Selatan yang semifinalis Piala Dunia 2002, bisa bertemu di Empat Besar dan akan membuat hubungan diplomatik kedua negara semakin dingin.

Ketegangan politik di masa lalu menjadi penyebabnya. Pada Olimpiade 2002, pemain Korea Selatan melakukan selebrasi politis setelah menang 2-0 dari Jepang untuk merebut medali perunggu.

Hubungan Jepang dan Korea Selatan memburuk sejak Perdana Menteri Shinzo Abe mengunjungi Kuil Yasukuni yang menjadi simbol militerisme Jepang di masa lalu.

Peluang kedua tim ini bertemu di Brasil mungkin kecil tetapi mereka akan bertarung di Amerika Selatan sebagai yang terbaik Asia.

Keduanya berada di babak sama pada Piala DEunia 2010 ketika dua gol Luis Suarez mengalahkan Korea Selatan di 16 besar dan Jepang gagal mengeksekusi tendangan penalti melawan Paraguay.

Jepang akan ditangani pelatih asal Italia Alberto Zaccheroni, sementara Korea Selatan oleh Hong Myung-Bo.

"Jika kami berkonsentrasi pada pertandingan, maka hasil akan didapat," kata Zaccheroni seperti dilansir AFP. "Kami pergi ke Brasil tanpa takut pada siapa pun."

Jepang menuliskan slogan "Samurai, waktu berjuang telah tiba!" pada bus resmi tim mereka yang ternyata dari Hyundai.

Sementara Hong Myung-Bo mengatakan, "Kami ke Brasil demi target mencapai perempat final."

"Saya kecewa tak mengangkat tropi pada 2002. Orang Korea mengharapkan hasil bagus pada Piala Dunia sehingga kami harus mencobanya."

Korea Selatan akan menghadapi Russia, Algeria, dan Belgia di Grup H, sedangkan Jepang satu grup dengan Kolombia, Yunani, dan Pantai Gading di Grup C.

Korea Selatan masih diselimuti tragedi kapal feri yang menyebabkan lebih dari 300 orang meninggal dan menghilang. Tragedi itu juga mendominasi berita-berita di Korsel. Mantan pemain timnas Korsel ini juga berjanji menghibur keluarga korban.

"Setelah tragedi kapal feri saya sadar sebesar apa tanggung jawab yang saya tanggung," katanya. "Misi kami adalah menjadi lentera bagi semua harapan orang Korea."

Zaccheroni juga berjanji mempersembahkan pertandingan mereka untuk 15.000 lebih orang yang meninggal dunia karena tsunami.

"Kami tidak akan melupakan 11 Maret," kata pelatih asal Italia itu. "Kami tak akan bisa melupakan gambar-gambar di berita. Para korban juga berada selalu dalam hati kami dan kami akan berada di lapangan serta berjuang demi mereka."

Tim sepakbola perempuan Jepang menjadi juara dunia hanya empat bulan setelah badai mematikan itu dengan menumbangkan Amerika Serikat pada final yang digelar di Jerman.

"Lebih baik saya tak mengirangira," katanya. "Kami akan mencoba  bermain sesuai kekuatan kami dan melihat sejauh mana itu bisa membawa kami."


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014